Senin, 10 Agustus 2015

Pasangan Pengantin Baru Salah Gaul

Hari ni merupakan hari pertama pasangan pengantin baru Si Bay dan Aisha. Setelah 111 tahun saling mengenal, dan atas desakan masyarakat luas, akhirnya mereka mau menikah juga juga. Acara ijab kabul yang dihelat selepas Shallat Shubuh baru saja selesai beberapa jam yang lalu.

Dan sekarang mereka berdua sudah berada di dalam kamar pengantin yang remang-remang, dan semerbak wangi oleh aroma baigon yang barusan disemprotkan Aisha untuk mengusir nyamuk. Sementara di luar kamar, terdengar sayup-sayup gending campur sari, dipadu dengan raungan-raungan sepeda motor yang memekakkan kuping. Memang dalam acara pernikahan pagi itu, untuk menghibur tamu undangan, keluarga Aisha nanggap campur sari Penampilan Organ tunggal . padahal pengen nya sih penampilan organ tubuh Halah! dan juga nanggap Road Race alias balapan motor. Seru.

Bay dan Aisha , walaupun sudah sering bersama, tapi karena ini adalah untuk pertama kalinya mereka ditempatkan dalam satu kamar, masih terlihat jelas kegrogian dalam diri keduanya. Maka untuk membunuh ketegangan gue pura-pura sibuk menggambar sesuatu di kertas, sementara Aisha sok menikmati madu sasetan yang sedang dikecap-kecap di mulutnya. Begitulah cara mereka berbulan madu. Gue menggambar bulan, sedangkan Aisha menghisap madu.

"Aku masih nggak percaya, Sayang, tadi Ayah Ibuku mau dateng menghadiri resepsi pernikahan kita," gue buka obrolan.

"Iya, Mas. Padahal dulu waktu Ayah Ibunya Mas menikah, kita nggak datang ya?"

"Ehem..." Gue manggut-manggut dan mengulum senyum.

Aisha juga tersenyum. Ia sendiri juga masih belum begitu percaya, sekarang ada orang selain dirinya yang bebas berada di kamarnya, apalagi orang tersebut bergender laki-laki. Mengingat dulu orang tuanya bisa dibilang sangat ketat mengawasi pergaulan Aisha dengan laki-laki.

Aisha selalu teringat bagaimana nasehat Mamanya dulu ketika ia menginjak usia remaja.

"Kamu tuh cantik, Aisha. Dan orang cantik tuh bahaya laten. Rawan digoda laki-laki! Kalau nanti ada bujangan memacarimu, kamu jangan pernah mau ditiduri dia. Jangan pernah!"

"Ditiduri bujangan nggak boleh, berarti kalau ditiduri lelaki yang sudah beristri boleh dong, Mam?"

"Bodoh! Jangan bikin malu keluarga! Awas ya, kalau kamu mau-mau saja digoda suami orang, apalagi kalau sampai tidur sama laki-laki yang sudah beristri, Mamih coret kamu dari daftar warisan keluarga! Catat itu!"

"Iya, Mamih, iya," jawab Aisha mengangguk patuh, dan ia pun mencatat nasehat Maminya itu di dalam otak.

"Jaga kesucianmu untuk kehormatan keluargamu. Jadi wanita itu jangan goblok. Jaman edan sekarang ini banyak lelaki buaya yang pintar ngerayu supaya bisa meniduri wanita..."

Sejak itu Aisha hati-hati banget dalam pergaulan. Demi tidak ingin dicoret dari daftar warisan keluarga, ia benar-benar menjaga kesuciannya. Bahkan terkadang, Aisha sampai mengerahkan tentara untuk menjaga keperawanannya.

"Mmm.. Sayang, kita belah duren yuk," ajak Gue tersenyum kikuk, memecahkan lamunan Aisha.

"Hayuk, Mas," jawab Aisha pelan tapi penuh gairah.

Lalu Aisha buru-buru keluar kamar. Mau ke kamar mandi mungkin, membersihkan apaaa gitu, pikir Gue. Selang setengah menit kemudian, Aisha sudah kembali ke kamar menenteng dua buah duren dan sebilah golok. "Nih, Mas..."

"Bukan duren gituan! koplok ! Huh!" Gue langsung merengut tampan. Kesel

"Lah trus duren yang kayak gimana?"

"Duren Afrika Tenggara! Yang warnanya hitam," jawab gue sekenanya. Keki banget dia soalnya.

Aisha tampak sedikit kecewa. Tapi yasudah, akhirnya ia menyimpan buah duren dan golok tadi ke dalam lemari pakaian. Setelah itu melihat arloji di tangannya.

"Alhamdulillah ya, Mas, nggak kerasa kita sudah 60menit menjadi suami istri," kata Aisha sambil tersenyum begitu manis.

"Iya, yah, Sayang, gak nyangka banget sumpah. Perasaan baru tadi deh aku mengucapkan ijab kabul," jawab gue sambil tersenyum sejuta kali lebih manis. Kekesalannya langsung hilang melihat senyum istrinya yang sangat tidak pahit itu.

Kemudian Gue bergerak mendekati Aisha yang masih berada di sekitar lemari. Setibanya di depan Aisha. untuk sekian detik ditatapnya wajah istrinya itu dalam-dalam dan penuh perasaan, lalu pelan-pelan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Aisha. Aisha berusaha mundur mau-mau tapi malu, tapi Gue terus memburu, tapi Aisha juga terus berusaha mundur hingga punggungnya menyentuh dinding kamar.

Melihat Aisha sudah tidak punya ruang lagi untuk mundur, pelan-pelan Gue mendorong badan Aisha dipepetin ke tembok. Dan perlahan tapi pasti wajahnya mulai mendekati wajah Aiaha. Aisha akhirnya hanya bisa memejam pasrah, menanti dengan jantung berdebar sekaligus tak sabar.

Tapi, sebelum terjadi hal-hal yang diinginkan, tiba-tiba tangan Aisha memblok wajah Gue yang sudah hampir mendekati sasaran.

"Nggak mau! Jangan!" tolak Aisha, kemudian buru-buru enyah dari hadapan Gue dan duduk di tepi ranjang.

Gue merasa terampas dari langit tinggi ke dasar sumur. "Kenapa?!"

"Mas jangan godain aku kayak gitulah. Aku hampir saja terpedaya tau," jelas Aisha dengan tampang murung.

"Kok gitu? Kita kan sudah menikah?"

"Makanya itu. Aku ingat nasehat Mama, supaya jangan mau digoda sama suami orang!" serobot Aisha.

Gue menepuk jidat! "Ya Allah. Aku kan suami kamu, Sayang. Bukan suami orang?"

"Tapi kan aku juga orang, Mas!"

"Bukan, Sayang. Kamu bidadari, bidadari di langit hatiku. Ayo kita bobo..." Gue coba memberi pengertian, lalu duduk di samping Aisha. Tapi Aisha langsung beringsut menjauh ke pojok ranjang.

"Nggak usah nggombal-nggombal lagi. Pokoknya kita bobo-nya jangan deket-deket. Aku tidur di lantai, Mas tidur di genteng. Jadi sekarang tolong Mas keluar dari kamar Aisha..."

"Apah?!! Ini termasuk KDRT loh, Sayang. Kamu bisa kena pasal!"

"Bodo amat sama pasal. Aku harus nurut kata Mamih, jangan pernah mau ditiduri sama pria yang sudah beristri. Nanti aku dicoret dari daftar warisan..."

"Tapi kan istriku itu kamu, Sayaaaaang? Kamu! Aku boleh tidur sama kamu..."

Aisha melotot ke arah Gue, lalu geleng-geleng kepala. "Ternyata benar kata Mamih dulu. Lelaki memang pinter ngerayu biar bisa meniduri wanitanya. Tapi aku bukan wanita goblok, Mas...

"Kamu nggak goblok. Kamu malah kebangetan pinternya. Ayo sini, Sayang, kita bikin cucu buat Mamih..." bujuk Gue sambil menepuk-nepuk kasur.

"Udah nggak ngerayu-ngerayu lagi. Cepat keluar, Mas. Kalau nggak, aku bunuh diri nih terjun dari ranjang!" ancam Aisha mulai berdiri di pinggir ranjang bersiap-siap melompat.

"Oke, oke. Oke! Aku keluar nih. Tapi jangan melakukan tindakan konyol seperti itu, Sayang," seru Gue mulai ketakutan melihat belahan jiwanya mau membunuh dirinya sendiri.

Kemudian Gue segera keluar kamar dengan perasaan tak karuan.

"Kenapa kehidupan rumah tangga hambaMu ini harus begini banget ya, Tuhan? Kenapaa?" tanya Gue sambil menangis di bawah jemuran basah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar